Kamis, Februari 28, 2008

Dosis Serap

Studi Upaya Menurunkan Dosis Serap Radiasi Pada Lensa Mata Pasien Dengan Menggunakan Metode baru

Herdi Hermawan, Arif Jauhari

Abstract

Eyes lens is a very sensitive human organ for radiation exposure. On the method to visualize the occipital bone, the position of the eyes is very close to the source of radiation (X-ray tube). This situation is risky to the eyes lens, because the exposure rate will be higher compared with the reverse position. This paper wrote about new radiographic technique for imaging the occipital bone of the head. The result is the new method gives good image and the absorbed dose for the eyes lens significab=ntly lower that the Towne medhod with ratio 1 : 29. Tthe exact value is for Towne method 1.67 mSv and the new mthod 0.06 mSv.

Intisari

Lensa mata merupaka suatu organ yang digolongkan sebagai organ yang bersifat peka terhadap paparan radiasi (radiosensitif). Pada salah satu metode penggambaran radiografi dengan obyek tulang batok kepala (os oksipital) didapati bahwa posisi kepala terletak dekat dengan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi. Tentu hal ini tidak menguntungkan. Karena lensa mata berpeluang mengalami kerusakan oleh karena posisi wajah pasien berhadapan langsung dengan sumber radiasi. Sedangkan pada metode tersebut yang ingin di peroleh pada hasil gambaran adalah tulang batok kepala (os. oksipital).
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh suatu kriteria radiografi yang sama dengan Metode Towne sekaligus mampu menurunkan dosis serap radiasi pada lensa mata pasien dengan memodifikasi Metode Towne. Metode yang ditempuh antara lain dengan melakukan percobaan penatalaksanaan dari Metode Towne dan metode baru (modifikasi) dan mengukur dosis serap lensa mata pada masing-masing metode.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa hasil gambar radiografi dari kedua metode tersebut berikut nilai dosis serap untuk keduanya. Sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode hasil modifikasi mampu memberikan kriteria radiografi yang sama dengan Metode Towne dan mampu menurunkan dosis serap lensa mata dengan perbandingan 1: 29 terhadap Metode Towne. Tepatnya adalah untuk metode Towne 1,67 mSv sedangkan metode baru 0.06 mSv.

Kata Kunci: Metode Towne, Os oksipital, Metode Baru, Thermo Luminicensi Dosimeter, Dosis Serap.


A. Pendahuluan
B. Hipotesis
Berdasarkan Hukum Kuadrat Terbalik, maka proyeksi PA axial metode baru dapat memenuhi konsep tersebut. Karena terdapat perbedaan jarak antara Metode Towne dan Metode baru terhadap letak atau posisi lensa mata. Pada Metode baru jarak antara lensa mata terhadap titik fokus lebih panjang jika dibandingkan dengan Metode Towne. Hal ini dikarenakan pada Metode Reverse Towne posisi kepala dalam keadaan prone sehingga menambah jarak antara lensa mata ke titik fokus. Sehingga menurut hukum kuadrat terbalik yang menyatakan bahwa intensitas radiasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber akan berdampak dengan semakin jauh jarak target dari sumber, maka semakin kecil intensitas intensitas radiasi. Oleh karena itu dosis serap lensa mata pada metode baru akan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan metode Towne.


C. Metode penelitian

1. Alat dan Bahan
Untuk dapat membuktikan hipotesis ini dibutuhkan penelitian dengan alat dan bahan yang dipergunakan antara lain:

  • Pesawat Rontgen dengan Kapasitas 500mA
  • Outomatic Film Processor.
  • Kaset dan film ukuran 24cm x 30cm sebanyak 2 buah.
  • Grid baik jenis Bucky atau Lysolm ukuran 24cm x 30cm.
  • Phantom kepala beserta marker.
  • TLD-100 sebanyak 30 buah.
  • Seperangkat TLD Reader.


2. Cara Kerja
Pertama dilakukan penelitian di Laboratorium Jurusan Teknik Radiodiagnostik. Terdapat dua tahap percobaan yang dilakukan, yaitu (1) Percobaan penatalaksanaan Proyeksi AP axial Metode Towne dan PA axial Metode baru, hal ini dilakukan untuk mendapatkan pembuktian bahwa hasil gambaran Metode baru dapat sebanding dengan hasil gambaran Metode Towne. (2) Pengukuran dosis serap lensa mata pada kedua metode dengan melakukan pengeksposan sebanyak 5 kali pada masing-masing metode tersebut dengan kondisi yang sama dan diukur dengan menggunakan dosimeter TLD-100.

3. Persiapan Alat
Pada tahap awal, persiapan yang dilakukan yaitu menyalakan pesawat rongent sesuai dengan prosedur menyalakan pesawat yang ditetapkan. Kemudian atur penyudutan tube 300 menghadap meja pemeriksaan dengan FFD 90cm. Lalu persiapkan pula phantom kepala beserta spon pengganjal, kemudian kaset ukuran 24cm x 30cm yang telah terisi film dengan ukuran 24cm x 30cm, juga dipersiapkan lysolm dengan ukuran 24cm x 30cm dan marker R. Untuk melakukan pengukuran dosis serap, dipersiapkan pula TLD-100 sebanyak 30 buah yang telah melalui proses annealing.


4. Langkah Kerja dan Penatalaksanaan
Letakan kaset ukuran 24cm x 30cm yang telah diisi film diatas meja pemeriksaan, dan setelah itu pasangkan lysolm berukuran sama. Kemudian atur phantom kepala dalam posisi AP axial Metode Towne, yaitu garis orbitomeatal tegak lurus dengan bidang film. Lalu pasangkan marker R pada sisi kanan phantom.
Pastikan phantom dalam posisi yang benar dan simetris dengan memasangkan spon pengganjal. Lalu atur central point pada 7,5cm di atas glabella dan central ray 300 caudally. Kemudian lakukan eksposi dengan kondisi 78 KV dan 25 mAs. Hal serupa juga dilakukan pada Metode Baru, namun posisi phantom dalam keadaan prone dengan bagian dahi dan hidung menempel pada bidang kaset. Central ray 300 cranially dan central point diarahkan menuju ke foramen magnum. Setelah itu lakukan eksposi dengan kondisi yang sama dengan sebelumnya dan film diproses dengan automatic processing. Pada kedua pengeksposan tersebut yang dihasilkan adalah gambar radiografi dari Metode Towne dan Metode baru.


5. Pengukuran Dosis Serap dengan TLD-100
Untuk melakukan pengukuran dosis serap radiasi pada lensa mata, dapat dilakukan dengan pemasangan TLD-100 pada phantom dibagian organ mata baik pada Metode Towne maupun Reverse baru. Pada pengukuran ini tidak memerlukan kaset dan film, dikarenakan hasil eksposi tidak dalam bentuk radiograf akan tetapi dalam bentuk data yang tercatat oleh TLD-100. Setelah pemasangan TLD, kemudian lakukan eksposi dengan kondisi yang sama dengan percobaan sebelumnya yaitu 78 KV dan 25 mAS. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang biasa diberikan untuk pemotretan kepala axial.
Eksposi dilakukan sebanyak 5 kali pada masing-masing metode, dengan catatan pada setiap eksposi yang dilakukan dipasangkan TLD-100 sebanyak satu seri (3 buah) dan diberi nomor sesuai urutan eksposi. Dari ketiganya akan diambil nilai rata-rata untuk setiap satu kali eksposi/titik penyinaran. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh akurat. Dari pengukuran ini didapatkan 5 seri dosis serap yang tercatat oleh TLD-100 bagi masing-masing metode, dan diambil nilai rata-rata dari kelimanya, sehingga diperoleh dosis akumulasi rata-rata lensa mata untuk kedua metode tersebut. Namun besar nilai dosis serap tersebut belum dapat diketahui hingga TLD mengalami proses pembacaan oleh TLD Reader di laboratorium BATAN pada tahap selanjutnya.

6. Penelitian di Laboratorium BATAN
Hal-hal yang dilakukan sebagai persiapan di laboratorium BATAN, yakni diantaranya adalah mempersiapkan TLD-100 dan TLD Reader. Sebelum digunakan TLD-100 harus dalam keadaan netral, maka dilakukan proses annealing yang bertujuan agar elektron-elektron yang masih tersimpan di dalam kristal TLD-100 dapat terlepas, sehingga TLD tidak lagi memiliki muatan.
Langkah Verja yang dilakukan setelah TLD diekspos/digunakan, setiap seri TLD (3 buah) akan dibaca oleh TLD Reader satu persatu dengan pemanasan suhu 500 C sampai suhu mencapai 2500 C hingga kristal TLD memancarkan cahaya. Cahaya yang terpancar itulah yang akan dihitung sebagai dosis serap oleh Photo Multiplier Tube (PMT), dikarenakan cahaya yang dipancarkan sebanding dengan jumlah dosis yang diterima. Dari hasil proses ini diperoleh nilai dosis serap untuk setiap TLD, dan dirata-ratakan pada setiap serinya. Hal serupa dilakukan pada setiap seri TLD yang lainnya sesuai nomor urut eksposi, sehingga diperoleh besar dosis serap lensa mata untuk setiap metode dari nilai rata-rata 5 kali pengeksposan.
Dari proses ini pada akhirnya akan diketahui seberapa besar dosis serap lensa mata pada kedua metode tersebut, dan dapat diketahui pula besar perbedaan nilai dosis serap lensa mata antara Metode Towne dan Metode baru.


E. Hasil
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 14 Juni 2007 yang mengambil tempat di Laboratorium Jur. TRO dan Laboratorium Dosimetri BATAN, maka didapatkan 2 buah hasil penelitian. Yaitu hasil gambar radiografi dari Metode Towne dan Metode baru; dan hasil pengukuran dosis serap radiasi pada lensa mata untuk Metode Towne dan Metode baru.

Hasil pertama yang diperoleh pada penelitian ini adalah hasil gambaran radiografi untuk Metode Towne dan Metode baru seperti yang terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 di bawah ini.

Kedua hasil gambaran tersebut diperoleh dengan pemberian kondisi dan besar sudut penyinaran yang sama. Yaitu dengan kondisi 78 KV, 25 mAs dan central ray untuk Metode Towne sebesar 300 caudally sedangkan untuk Metode baru 300 cranially.

Hasil Pengukuran Dosis Serap

Dari hasil pengukuran dosis serap radiasi pada lensa mata dengan menggunakan dosimeter TLD-100, diperoleh data yang tertera dalam tabel 1. Pada tabel ini data dikelompokan atas dua bagian, yaitu nomor TLD 1 sampai dengan 5 merupakan hasil dari pengukuran untuk Metode Towne. Sedangkan nomor TLD 6 sampai dengan 10 merupakan hasil pengukuran untuk Metode baru.

Pada tabel itu nilai ukur TLD netto untuk setiap TLD didapat dari hasil pengurangan nilai hasil ukur TLD dikurangi nilai back ground

Dari tabel diatas terlihat perbedaan nilai antara Metode Towne (nomor TLD 1-5) dan Metode baru (nomor TLD 6–10). Tabel tersebut menunjukan bahwa nilai hasil pengukuran untuk Metode Towne cenderung lebih besaratau tinggi daripada Metode baru.

Nilai-nilai TLD diatas dikonversikan kedalam satuan dosis serap (Sv) melalui proses kalibrasi TLD menggunakan Cs-137 dengan energi foton sebesar 662 KeV. Hasil kalibrasi ini menggunakan harga faktor kalibrasi terbesar, dan nilainya mulai stabil pada energi foton

Gambar 4. Faktor Kalibrasi TLD-100 Terhadap Berbagai Energi Foton


diatas 250 KeV seperti ditunjukan pada gambar 4 di bawah ini.

Untuk energi foton sinar x, berlaku suatu faktor koreksi ketergantungan energi. Hal ini dikarenakan energi foton sinar x berada dibawah 250 KeV. Sehingga diperoleh nilai faktor kalibrasi bagi TLD sebesar 0,73 yang didapat dari gambar diagram di atas.

Dari tabel di atas diperoleh nilai dosis serap dari setiap nomor TLD yang berkisar antara 1,590 mSv hingga 1,779 mSv. Dari nilai-nilai tersebut diperoleh nilai rata-rata dosis serap lensa mata untuk Metode Towne sebesar 1,673 mSv.

Sedangkan untuk nilai dosis serap lensa mata pada Metode Reverse Towne dapat dilihat pada tabel 4.3 diatas. Pada tabel 4.3 terlihat nilai dosis serap untuk setiap TLD nilainya berkisar antara 0,051 mSv sampai dengan 0,067 mSv. Nilai-nilai tersebut dirata-ratakan menjadi nilai dosis serap radiasi pada lensa mata sebesar 0,057 mSv. Data-data dari tabel 2 dan 3 didapat melalui perhitungan sebagai berikut:

Penutup

Pemeriksaan radiografi tulang tempurung kepala dengan Metode Reverse Towne memiliki beberapa keuntungan ataupun kelebihan, diantaranya yakni :

Dosis serap yang diterima pasien jauh lebih rendah. Sehingga dari segi keamanan, pasien akan lebih diuntungkan.

Hasil gambaran yang dihasilkan cukup optimal, karena memenuhi kriteria gambaran yang dibutuhkan.

Posisi yang digunakan tergolong mudah dilakukan oleh pasien terutama pada pasien yang mengalami trauma dibagian tulang oksipital.

Daftar Acuan

Akhadi, M., (2000). Dasar Dasar Proteksi Radiasi. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Ballinger, P.W., (1995). Radiographic Positions and Radiologic Procedures vol. II 8th. Mosby-Year Book, Inc., Philadelphia.

Bushong, S.C., (1988). Radiologic Sciance For Technologists fourth edition., Mosby Co., St. Louis.

Dendy, P.P., Heaton. B., (1999). Physics for Diagnostic Radiology, IOP Publishing Ltd. London.

Joedoatmodjo, S., (1996). Petugas Proteksi Radiasi. PUSDIKLAT BATAN, Jakarta.

Kumala, P., (1998), Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 25, EGC, Jakarta.

PUSDIKLAT BATAN, (2005), Deteksi dan Pengukuran Radiasi, PUSDIKLAT BATAN, Jakarta.

Shapiro, J., (1981), Radiation Protection: A Guide for Scientist and Physicians 2nd edition, William & Willey, Boston. W

Makalah pada Seminar Ilmiah Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Jakarta, 1 Agustus 2007.
Mahasiswa Program Diploma III Teknik Radiologi, Politeknik Kesehatan Jakarta II.
Peneliti pada Pusat Kajian Radiografi dan Imajing. Puskaradim@yahoo.com.






[+/-] Selengkapnya...

Selasa, Februari 26, 2008

Katiga Radiasi

Keselamatan & Kesehatan Kerja di Instalasi Radiodiagnostik

Arif Jauhari

Bekerja pada bagian radiologi haruslah memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi aspek keselamatan dan kesehatan kerja. hal ini disebabkan spesifikasinya yang memungkinkan terjadinya kecelakaan apabila peraturan dan ketelitian tidak menjadi etos kerja. Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:

A. Keselamatan arus listrik
1. Arde listrik peralatan sinar-x
Arde dilakukan dengan menghubungkan permukaan metal/logam pada pesawat sinar-x ke tanah melalui konduktor tembaga. Konduktor ini bisa berupa:
  • Satu lempeng tembaga yang ditempelkan ke permukaan metal/logam dari meja pemeriksaan, tuas penyangga tabung, tranformator dan control consoul dan menghu-bungkannya ke tanah. PERHATIKAN BETUL BAHWA LEMPENG LOGAMNYA BENAR-BENAR MENEMPEL.
  • Satu konduktor bumi yang terdapat pada kabel utama dari pesawat sinar-x bergerak (mobile unit) yang terhubung pada bagian akhir dari rangkaian pesawat yang membutuhkan arde dan ujung yang lain pada konduktor bumi di dalam colokan listrik (pulg socket).
  • INGAT, penggunaan kabel pe-nyambung (extention cable) atau adaptor akan meng-hambat kelancaran kerja dari konduktor bumi dan jangan digunakan, kecuali jika tidak terdapat alternatif lain. Tetapi, jika harus menggunakan kabel penyambung harap diingat ukuran dan besar kabel harus sama dengan kabel utamanya dan kedua ujung ardenya harus benar-benar tersambung dengan baik.
PERIKSALAH SECARA TERATUR KABEL DAN SAMBUNGAN PADA KEDUA UJUNG dengan kondisi seperti di bawah ini:
  • Karet pembungkus kabel. Jika terdapat potongan atau kerusakan hendaknya segera diperbaiki atau diganti.
  • Sambungan antara ujung kabel dan colokan listrik. Karet pembungkus kabel hendaknya terlindung di dalam kotak colokan listrik.
  • Kotak colokan listrik. Jika kotak ini retak atau pecah hendaknya segera diganti.
  • Ujung arde yang terdapat di dalam colokan listrik hendaknya terkait dengan baik. Setiap 6 bulan teknisi listrik atau petugas yang cakap harus mengecek keadaan ini. jika colokannya putus, maka jangan dimasukkan ke dalam soket listrik sampai ia benar-benar telah diperbaiki dan aman.
Catatan: Kerusakan dapat dicegah dengan penanganan yang cermat dan hati-hati terhadap peralatan sinar-x dan kabelnya. Jangan sampai kabel dalam keadaan tegang, kusut, menempel pada permukaan yang tajam saat digerakkan.

2. Sekering/Fuse
Peralatan listrik diperlengkapi dengan sekering sebagai alat pengaman untuk mencegah arus yang tidak sesuai pada saat melewati rangkaian. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memasang sekering yang benar nilainya.

Jika sekeringnya tidak berfungsi maka sebaiknya ditukar dengan yang lain pada nilai yang sama. Jika gagal lagi maka terdapat kerusakan pada rangkaian dan harus dicari sebabnya serta diperbaiki.
JANGAN PERNAH menaikkan nilai sekering, karena hal ini sangat bahaya dilakukan.

Beberapa model pesawat sinar-x mempunyai colokan listrik khusus, biasanya berwarna merah dan ditandai dengan “hanya sinar-x”. Hal ini jangan digunakan untuk pemakaian yang lain, karena ia colokan khusus tanpa sekering. Alat itu didisain khusus untuk menerima tegangan listrik pada saat eksposi yang amat sangat rendah, akan tetapi sangat berbahaya bila digunakan dengan tegangan listrik biasa yang tidak mempunyai peralatan pengaman khusus di dalam pesawat sinar-x nya.


3.
Colokan dan soket listrik
Jika memungkinkan hendaknya semua soket listrik harus punya penghubung (switch) sehingga aliran listrik dapat diputus sebelum colokan dilepaskan.
INGAT, jangan pernah mencabut colokan dengan menarik kabelnya. Dengan cara mematikan penghu-bungnya adalah lebih baik, hal itu akan menghindari terjadinya bunga api pada colokan dan soket tetap baik.

Soket harus terhindar dari air atau cairan dan jangan ditempatkan pada tempat yang memungkinkan terjadinya percikan air atau air yang mengalir .
Jika peralatan kamar gelap –seperti tabung iluminator- membu-tuhkan penghubung listrik, maka kabelnya harus ditempatkan pada posisi yang aman dan jangan sampai tersentuh petugas yang sedang bekerja.
Jika colokan atau soket sudah berumur tua atau jika sekering penghubung tidak mengait dengan baik, maka ujung logam co-lokannya atau soketnya akan menjadi panas.
Kalau hal ini terjadi, hendaknya colokan atau soketnya harus diganti walaupun sebe-narnya disebabkan oleh ukuran kabel yang tidak sesuai dengan besar arus listrik yang mengalir.
Atau panggillah tenaga yang berkompeten tentang listrik untuk memperbaikinya.

4. Pelindung/pembungkus peralatan
Peralatan yang berisi komponen listrik harus mempunyai pelindung.
Pelindung ini untuk meyakinkan bahwa tidak ada komponen yang terkelupas dan bisa tersentuh. Bagian ini dirancang terpisah dengan bagian lain dan mempunyai pembungkus. Sehingga pembungkusnya harus selalu terlindung dengan baik dan jika rusak harus dipindahkan setelah semua peralatan listrik “diputus” , dan periksalah semua ujung peralatan, tidak ada yang menempel pada bagian lain.
Jika terdapat kerusakan pada bagian dalam dari peralatan hendaknya yang mengambil adalah teknisi listrik. Dan semua ujung peralatan harus dalam keadaan tidak ada arus listrik.
INGAT, periksa sekering apakah masih melekat ketika pelindung logam sedang diperbaiki.

5. Pembersihan peralatan
Jangan pernah menggunakan air atau lap basah untuk membersihkan peralatan listrik. Gunakanlah krim pembersih yang tidak mudah terbakar (non-flammable) seperti krim pembersih “bodi” mobil yang dengan mudah dapat dibeli di pasar.

6. Perbaikan peralatan
Perbaikan peralatan harus dilakukan oleh orang terlatih dan mem-punyai kecakapan untuk jenis pekerjaan tersebut.


7. Konsleting (electrical fire)
Peralatan listrik –karena kesalahan- bisa terjadi konsleting atau kelebihan arus listrik sehingga menjadi panas yang bisa mengakibatkan kebakaran.
Jika asap atau rasa panas terasa, peralatan yang ada harus diputus dari sambungan listriknya dengan segera.
Api yang timbul pada peralatan listrik biasanya tidak cepat merambat bila penghubung listriknya dimatikan, karena bahannya dibuat dari yang tidak mudah terbakar. Tetapi jika api telah menjalar hendaknya dipadamkan dengan tabung pemadam api yang berisi gas CO2 atau bubuk pemadam api.
JANGAN pernah menggunakan air bila terjadi konsleting. Pasir yang kering bisa digunakan bila tidak terdapat peralatan yang lain. INGAT bila terjadi kebakaran, panggil teman untuk memindahkan setiap orang/pasien ke tempat yang aman dan dekat dengan pintu.
Karena untuk mencegah bahaya kebakaran, maka segala serpihan yang mudah terbakar jangan berada dekat atau di dalam bagian yang mengandung listrik.
Udara harus dapat dengan mudah bertukar pada bagian peralatan tersebut sehingga tidak terjadi peningkatan panas pada bagian itu.

B. Keselamatan peralatan mekanik
Buatkanlah ruangan untuk pesawat sinar-x dan kamar gelap yang cukup besar agar tidak terjadi kecelakaan pada radiografer dan pekerja lainnya.
Periksalah apakah:
1. Barang-barang perabot terletak secara aman di dinding, lantai atau atap.
2. Kunci dan gembok berfungsi dengan baik.
3. Tombol dan pembungkus peralatan terletak dengan aman pada posisinya sehingga tidak ada jari-jari pasien atau radiografer yang tersentuh atau luka akibat keadaan tersebut. Sekrup atau mur yang lepas harus diganti dengan ukuran yang sama.
4. Periksalah konus dan pembatas sinar-x, apakah tersambung dengan baik ke tabung sinar-x dan tabung sinar-x tersambung dengan baik dengan penyangganya.

C. Keselamatan radiasi
1. Periksalah karet Pb. yang digunakan untuk meyakinkan tidak adanya sinar-x yang tembus ketika melakukan pemeriksaan (terutama pada eksposi yang dekat organ/daerah sensitif). Jika karet timbal yang digunakan tidak cukup tebal, maka gunakan karet timbal yang lebih tebal sehingga tidak timbul kabut pada film hasil.

2. Apron/Pelindung Pb.
Periksalah apron untuk meyakinkan bahwa tidak ada bagian yang rusak, ingat bahwa bila apron yang digunakan terdapat celah atau renggang yang kecil sekalipun maka tetap harus dilakukan perbaikan atau pemindahan letak bagian yang rusak tersebut. Lipatan dapat ditekan dan ditempel dengan lem perekat untuk menghindari terjadinya berbagai pecahan pada karet Pb. Jika bagian yang rusak ini telah diperbaiki, hendaknya diperiksa dengan menggunakan sinar-x apakah masih terdapat kebocoran radiasi.

D. Pengamanan cairan kimia
Cairan kimia untuk pemrosesan film adalah bahan yang berbahaya karena ia dapat
merusak/iritasi kulit dan menyebabkan uap yang berbahaya ketika terhirup. Oleh sebab itu ventilasi yang baik pada kamar gelap adalah kebutuhan yang mendasar dan jika ingin membuat larutan kimia hendaknya dilakukan di luar ruangan kamar gelap/udara terbuka. Perlu dingatkan juga pada petugas yang mengaduk cairan/bubuk pemroses film agar berhati-hati ketika menuangkan cairan/bubuk tersebut ke dalam air karena bisa terpercik, terhirup atau menempel pada dinding ruangan dan berakibat larutan menjadi terkontaminasi.

Pakaian pelindung: sarung tangan karet, masker, apron dan kaca mata pelindung harus digunakan ketika mengaduk cairan kimia. Tangan harus selalu dicuci segera setelah bekerja dengan larutan. Jika larutan terpercik ke wajah atau mata maka harus dicuci dengan air bersih.

Penggunaan larutan penetap (fixer) harus selalu hati-hati karena terdapat kandungan perak (Ag.) yang bisa menyebabkan polusi. (C)

[+/-] Selengkapnya...

Jaminan Mutu Kamar Gelap

Kaset, Tabir Penguat, Hanger dan Viewing Box

Arif Jauhari

A. Kaset.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal perawatan kaset radiografi, yaitu:

1. Label/tanda
Kaset harus ditandai dengan huruf atau angka untuk memu-dahkan identifikasi. Intensifying screen yang berada di dalam kaset harus ditandai dengan nomor atau huruf yang sama.

2. Kebersihan
Bagian luar kaset harus dibersihkan secara teratur dengan kain lap yang bersabun lalu dibersihkan dengan kain bersih dan dikeringkan. Harap diperhatikan, kain lapnya jangan terlalu basah agar tetesan air tidak masuk ke dalam kaset.

3. Tes kaset
Periksalah dan uji cobakan kaset terhadap contact screen dan kebocoran cahaya.

B. Tabir Penguat

Perlu diperhatikan beberapa hal apabila kita bekerja dengan tabir penguat;

1. Memasang dan menandai

Hendaknya dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan yang disediakan dari pabrik pembuat.
Bahan lain yang tidak disarankan akan berakibat kerusakan pada tabir penguat.

2. Membersihkan dan mengamati
Mengamati dan membersihkan tabir penguat yang teratur adalah sangat penting untuk menghindari terjadinya artefak pada film. Bila ditemui permasalahan lain, perlu diuji dengan menggunakan film röntgen untuk mengetahui bagian yang rusak. Jika ditemui bagian yang rusak, maka dapat dengan mudah diketahui melalui nomor dan huruf pada kaset yang bersangkutan. Caranya;

  • Kosongkan kaset di kamar gelap.
  • Periksalah tabir pada cahaya tampak, apakah terdapat kotoran, goresan atau luntur.
  • Amatilah bahwasanya permukaan tabir di dalam kaset masih lembut. Jika tabir tersebut perlu ditempel ulang maka pergunakan alat dan bahan yang diberikan dari pabrik pembuat.
  • Gunakan lap basah yang lembut dari katun dan sabun yang lembut/ringan untuk membersihkan. Gerakannya memutar keluar permukaan tabir (screen).
  • Bersihkan sisa-sisa sabun pada permukaannya dengan meng-gunakan lap katun basah yang bersih.
  • Letakkan kaset dalam posisi berdiri dan buka secukupnya pada ruangan yang tak berdebu. Sehingga kaset menjadi kering dan bersih serta siap untuk digunakan.
  • Sebelum digunakan, periksa lagi apakah permukaan tabir terdapat coretan. Bila ada lakukan pembersihan sekali lagi.
  • Periksalah apakah tabir dapat dengan mudah dikenali melalui nomor atau huruf yang dibuatnya?
  • Catatlah tanggal kegiatan ini pada buku kegiatan.
3. Mengecek kecepatan tabir penguat
Tabir penguat harus diperiksa kecepatannya ketika pertama kali digunakan dan pada setiap tahun sehingga faktor eksposinya dapat diatur untuk menghasilkan densitas film yang benar.
Hal ini penting untuk menghindari terjadinya pengulangan film.

C. Penjepit film (hanger)
Penjepit film radiografi memerlukan beberapa perlakuan dan perawatan, yaitu:
1. Bersihkan dengan sikat dan menggunakan air panas untuk menghilangkan sisa-sisa cairan kimia.

2. Cuci dan keringkanlah.
3.
Periksalah, apakah ada kerusakan pada penjepitnya, perubahan bentuk dan apakah sudutnya patah?
4. Catatlah kegiatan ini dan penanganan yang dilakukan terhadap hanger yang rusak.

D. Viewing box (lampu pembaca)
1.
Bersihkan permukaannya dengan memperhatikan aliran listriknya. Gunakan lap basah dengan sabun yang lembut. Biarkan permukaannya sampai kering, baru setelah itu digunakan lagi.
2.
Pastikan bahwa lampu penerangnya bekerja dengan baik dan memberikan cahaya yang merata.

3.
Setiap 6 bulan hendaknya teknisi listrik atau orang lain yang mengetahui membersihkan bagian dalam dari viewing box sambil mengecek peralatan listrik
nya dan lampu perdarnya. (C)

[+/-] Selengkapnya...

Air pada Cairan Pemroses Film Radiografi

Air pada Cairan Pemroses Film Radiografi
Arif Jauhari


A. Aliran Air

Sangat penting memperhatikan kelancaran aliran air untuk rinsing dan washing sehingga gambar radiografi yang dihasilkan dapat berumur panjang (lama). Jika tersedia lebih dari satu tangki untuk rinsing, ada baiknya pada saat film diproses, tangki teresbut digunakan bergantian

B. Larutan/cairan
Larutan untuk film radiografi ini terbuat dari bahan kimia yang menimbulkan bau, oleh sebab itu kamar gelap hendaknya mempunyai ventilasi yang baik.

1. Menyiapkan Larutan Kimia
Larutan atau bubuk kimia yang kita terima hendaknya digunakan sesuai dengan urutan penerimaan (first in first out). Dalam pembuatannya, hendaklah mengikuti petunjuk yang tertera. Kesalahan pembuatan bisa berakibat cairan yang dibuat menjadi tidak berguna. Sebagai contoh:
  • Larutan harus ditambahkan cairan/bubuk lain sesuai dengan takarannya.
  • Semua bahan harus dicampur dan diaduk sampai batas tertentu.
  • Pengadukan bahan kimia harus dilakukan dengan jarak waktu tertentu (2–3 menit) dengan menggunakan pengaduk yang bersih dan tertentu (pengaduk developer hanya untuk developer, pengaduk fixer hanya untuk fixer).
  • Larutan kimia harus dimasukkan ke dalam tangki secara bertahap sambil terus di aduk dan jangan sampai berceceran.
Ingat, pengadukan larutan ini sebaiknya dilakukan pada tempat yang berventilasi baik, bila menggunakan bubuk hendaknya dilakukan di ruangan yang beraliran udara bebas guna menghindari kontaminasi dengan kulit akibat dari bubuk tersebut.
  • Petugas yang membuat hendaknya memakai pakaian pelindung.
  • Ketika mengaduk, hindari percikan larutan yang mengenai kulit, bila ada sebaiknya cepat dibersihkan.
  • Kesalahan prosedur pembuatan larutan akan berakibat terbuangnya larutan tersebut.
  • Waktu/tanggal pembuatan larutan hendaknya dicacat.
  • Sebelum larutan digunakan, hendaknya diperiksa dulu suhu dan daya kerjanya.
  • Cucilah tangan setelah selesai membuat larutan agar kulit tidak terkikis atau terkontaminasi.
2. Cairan Pembangkit (Developer)
Untuk menentukan waktu pembangkitan yang optimal dari film röntgen, sangat penting untuk mengetahui waktu pembangkitan agar film yang diproses menghasilkan densitas film maksimum tanpa harus menaikkan basic fog level, bila rekomendasi dari pabrik pembuat menyatakan suhu larutan tidak bisa dinaikkan akibat keadaan daerah tersebut.
Cara yang diterangkan di bawah ini dilakukan dengan menye-tel suhu yang ideal selama proses film berlangsung. Apabila pada satu daerah terjadi perubahan cuaca atau suhu yang sangat cepat maka dianjurkan untuk mengulang beberapa kali percobaan. Alat yang dibutuhkan:
  • Enam lembar film sensitometri yang telah disediakan (dibuat) terlebih dulu.
  • Termometer.
  • Penjepit film atau peniti film sensitometri yang dapat dibuat dengan mudah dan dimasukkan ke tangki prosesing.
  • Tongkat pengaduk.
Caranya:
  1. Setelah larutan developer diaduk, ukurlah suhunya. Suhu larutannya harus suhu normal untuk proses film röntgen.
  2. Di bawah penerangan lampu remang (safe light), masukkan keenam film sensitometri yang sudah di jepit ke dalam tangki larutan developer.
  3. Penghitungan waktu dimulai saat lembar film percobaan tersebut semuanya masuk ke dalam tangki larutan developer.
  4. Setiap ½ menit angkat film percobaan ini, cuci dan tempatkan pada tangki larutan fixer. Jadi urutan selang waktunya adalah; ½, 1, 1 ½, 2, 2 ½, 3 menit). Harap dicatat dengan betul urutan film percobaan ini.
  5. Setelah ditempatkan pada tangki larutan fixer, bilaslah film tersebut dan keringkan. Setelah itu tampilkan pada viewing box secara sejajar dan berurutan.
Pembacaan hasil.
  • Perhatikan betul bagian yang tidak disinar pada masing-masing lembar film percobaan dan pilihlah waktu pembangkitan terlama yang bisa digunakan sebelum basic fog levelnya menjadi naik.
  • Periksa tangga densitas yang berada di tengah pada masing-masing film percobaan yang tidak menampakkan penambahan densitas sebagai akibat dari makin lamanya waktu pembangkitan. Catatlah waktu pembangkitannya. Biasanya tangga densitas yang tengah sering digunakan sebagai patokan untuk menentukan ada tidaknya peningkatan densitas bila gambar yang diamati abu-abu/kelabu bukan hitam. Bisa juga menggunakan densitometer kalau ada, walaupun dengan mata telanjang sudah cukup jelas untuk mengecek tingkat penghitaman pada daerah abu-abu/kelabu yaitu daerah yang nilai densitasnya 1.
  • Waktu pembangkitan terbaik dari film yang diproses pada suhu pembangkitan tertentu adalah waktu yang dapat memberikan penghitaman maksimal tetapi tidak memper-lihatkan adanya peningkatan fog level. Inilah waktu pem-bangkitan yang harus dibuat untuk setiap film röntgen yang diproses pada suhu tersebut.
Jika suhu developer berubah akibat kondisi ruangan atau daerah kerja, maka perlu dilakukan percobaan dengan cara mengubah rentang waktu yang digunakan melalui tabel. Sehingga bisa digunakan untuk mencocokkan antara suhu larutan dan waktu pembangkitan. Dengan demikian optimalisasi gambar dapat tercapai.

3. Cairan Penetap (Fixer)
Dalam rangka menjaga penampilan gambar hasil, Fixer Clearing Time pada area yang tidak tersinari hendaknya tidak melebihi 3 menit sehingga jumlah fixing time akan 2 kali clearing time, yaitu 6 menit. Percobaan clearing time bisa dilihat pada percobaan 3.2.4. Percobaan ini penting dilakukan sebelum dimulai program jaminan mutu (quality assurance). Agar diketahui bahwa cairan fixer yang digunakan belum melemah.

[+/-] Selengkapnya...