Selasa, Desember 18, 2007

Fraksinasi Dosis Radiasi

Fraksinasi Dosis Radiasi
Iwan Heryawan[1], Arif Jauhari[2]


Aspek Fisika-Biologi Dalam Radioterapi ( Radiobiologi)
Sebagai dasar digunakannya terapi radiasi adalah terdapatnya perbedaan efek radiasi pada tumor dan jaringan normal disekitarnya. Perbedaan ini dinyatakan dengan therapeutic ratio (TR). Respon terhadap radiasi pada jaringan normal dan jaringan tumor berbeda oleh karena didasarkan pada beberapa fenomena biologis sel (4R), yaitu:
  1. Reparasi sel, lalah proses sel untuk melakukan perbaikan kerusakan DNA akibat radiasi. Kerusakan DNA karena radiasi umumnya diperbaiki dalam waktu singkat. Derajat perbaikan bervariasi dari jaringan satu ke jaringan lainnya. Kebanyakan tumor ganas mengalami gangguan dalam melakukan proses ini. Sehingga pada radiasi berikutnya terjadi kematian/kerusakan sel tumor yang lebih banyak dari jaringan normal yang telah mengalami reparasi pada waktu interval radiasi.
  2. Reoksigenisasi sel, Kebutuhan nutrisi akan meningkat seiring dengan pertumbuhan sel. Hal ini dapat dipenuhi oleh sel normal yang memiliki vaskularisi (suplai darah) yang baik. Pada sel tumor yang vaskularisasinya buruk, apalagi cenderung hipoxia. Maka tumor yang hipoxia tersebut akan 2-3 kali lebih radioresisten dibanding sel yang oksigenisasinya baik. Radiasi mengakibatkan berkurangnya sebagian massa tumor sehingga terjadi perbaikan vaskularisasi/oksigenisasi pada sel tumor yang tersisa dan akan menjadi lebih sensitif terhadap radiasi berikutnya.
  3. Redistribusi sel, Sensitifitas sel terhadap radiasi bervariasi tergantung pada fase sel mana yang mengalami radiasi. Fase yang sensitif adalah fase mitosis (fase sel membelah diri). Setelah populasi sel yang radiosensitif mati, maka dalam masa interval radiasi, sejumlah sel pada fase sintesis (fase memperbanyak materi genetik/DNA dan yang bersifat radioresisten) masuk ke dalam aktifitas proliferasi sel yang bersifat radiosensitif. Sehingga sel-sel akan mati pada radiasi berikutnya. Karena kebanyakan tumor mempunyai aktifitas proliferasi yang lebih tinggi dari jaringan normal asalnya, maka fenomena ini lebih dimiliki oleh populasi sel tumor.
  4. Repopulasi sel, Merupakan sifat sel untuk melanjutkan proses proliferasi dalam masa radiasi. Setelah radiasi, sel-sel mati akan digantikan oleh sel-sel yang masuk dalam siklus sel, tentunya setelah berada dalam fase istirahat melalui proses rekruitmen. Proses ini akan berjalan cepat pada jaringan normal yang proliferasinya lebih tinggi dan pada jaringan tumor ganas. Repopulasi jaringan normal lebih besar dibandingkan repopulasi jaringan tumor.

Berdasarkan hal tersebut maka pemberian dosis terapi radiasi pada umumnya diberikan dalam fraksi-fraksi dengan interval antar fraksi dan besar dosis per fraksi yang bervariasi sehingga memperoleh TR yang optimal.

Fraksinasi Dalam Terapi Radiasi
Fraksinasi dalam terapi radiasi ditujukan untuk meningkatkan efek radiasi pada jaringan tumor dan untuk menurunkan efek radiasi pada jaringan normal. Efek samping pada jaringan normal dapat terjadi, baik akut ataupun lanjut (kronis). Efek samping akut terkait dengan singkatnya waktu fraksinasi, semakin singkat waktu total radiasi semakin tinggi efek samping akut radiasi. Sedangkan efek samping lanjut berkaitan dengan besarnya dosis dalam tiap fraksi, semakin tinggi dosis per fraksi semakin tinggi efek samping lanjut.
Dalam penerapannya, sistem fraksinasi dibuat dengan skema yang bervariasi, yang didasarkan pada skema dosis per fraksi, jumlah fraksi, interval waktu fraksi, ataupun berdasarkan perubahan dosis totalnya. Skema fraksinasi tersebut kemudian dikenal dengan istilah-istilah sebagai berikut:

  1. Conventional fractionation, yaitu: fraksinasi dengan jumlah fraksi 5 kali per minggu. Dosis per fraksi yang diberikan 1 x setiap hari biasanya berkisar antara 1,8 Gy – 2 Gy.
  2. Hypofractionation, yaitu: fraksinasi dengan jumlah fraksi lebih sedikit dari konvensional (1–4 kali per minggu) tetapi dosis per fraksi yang diberikan lebih besar (3–5 Gy) untuk mencapai dosis total yang sama dengan fraksinasi konvensional.
  3. Hyperfractionation, yaitu: fraksinasi yang jumlah fraksinya 2 x lebih banyak dari konvensional (2 fraksi per hari) dengan jumlah unit dosis per fraksi lebih kecil yaitu, 1–1,15 Gy per fraksi. Interval antar fraksi: 8–10 jam setiap hari. Dosis total yang diberikan sedikit lebih meningkat dibandingkan fraksinasi konvensional.
  4. Accelerated Hyperfractionation, yaitu: skema Hyperfractionation yang interval antar fraksinya dipercepat (6 jam) dengan dosis per fraksi yang ditingkatkan (1,25–1,5 Gy per fraksi). Dengan skema ini dosis total yang diberikan sama dengan dosis total pada fraksinasi konvensional.

Pemilihan skema fraksinasi yang akan diterapkan dan digunakan tentunya dengan mempertimbangkan beberapa factor, seperti: jenis karakteristik sel tumor berdasarkan hasil pemeriksaan patologi-anatomis, keadaan umum fisik penderita, dan kondisi sosial dari pasien yang bersangkutan.
Dengan mempertimbangkan aspek interaksi jaringan tubuh terhadap radiasi pengion serta didasari oleh aspek radiobiologis, maka dalam perencanaan teknik radioterapi dosis total yang ditetapkan umumnya diberikan dengan sistem fraksinasi. Dengan pemberian secara fraksinasi diharapkan therapeutic ratio yang optimal dapat dicapai, sehingga prinsip dalam radioterapi untuk mematikan sebanyak mungkin sel tumor/kanker dapat dicapai dengan tetap melindungi semaksimal mungkin jaringan sehat disekitarnya.C

[1] Radiografer pada Instalasi Radioterapi RS. Cipto Mangukusumo, Jakarta.
[2] Peneliti pada Pusat Kajian Radiografi dan Imajing, Puskaradim, Jakarta.

[+/-] Selengkapnya...

Pesawat Simulasi DTI

PESAWAT SIMULASI DIGITAL THERAPY IMAGING (DTI)
Fitrus Ardoni[1], Arif Jauhari[2]





Pendahuluan
Aplikasi teknologi digital dalam proses pencitraan sinar-x pada pemeriksaan radiologi, umumnya dimanfaatkan untuk tujuan efisiensi faktor eksposi, sekaligus untuk meningkatkan kualitas gambar radiografi. Kebutuhan akan citra radiografi yang berkualitas ternyata tidak hanya dibutuhkan untuk proses keperluan diagnosis, akan tetapi juga dibutuhkan dalam proses simulasi penyinaran pada perencanaan pengobatan radioterapi. Proses simulasi penyinaran pada radioterapi menghasilkan salah satu output yang berupa citra radiografi (foto terapi) yang dihasilkan oleh pesawat simulator Radioterapi.
Dalam radioterapi energi yang digunakan umumnya berkisar antara 50 KV sampai 10 MV, yang ditujukan untuk mematikan sel-sel ganas (kanker), namun dalam pelaksanaannya tidak hanya sel-sel ganas yang terkena radiasi, tapi jaringan sehat sekitarnya juga akan ikut terkena, Maka untuk meminimalisasi jaringan sehat sekitarnya dan memaksimalkan pada sel-sel ganasnya diperlukan suatu perencanaan penyinaran yang tepat (treatment planning). Salah satu tahapan penting dalam perencanaan penyinaran radioterapi adalah simulasi.
Proses pencitraan sinar-x pada pesawat simulator radioterapi, baik dalam bentuk fluoroscopy maupun radiografi saat ini telah mulai dilengkapi dengan teknologi digital yang disebut Digital Theraphy Imaging (DTI).

Prinsip Pencitraan Pada Simulasi Radioterapi
Simulasi penyinaran radioterapi pada dasamya adalah proses pencitraan sinar-x secara fluoroskopi yang seolah-olah melakukan teknik penyinaran seperti dengan pesawat treatment radioterapi yang sesungguhnya. Hal ini diperlukan agar teknik penyinaran yang akan diberikan pada pasien benar-benar mencapai sasaran secara optimal dan akurat.
Dari proses simulasi ini didapatkan beberapa parameter untuk penyinaran, seperti; luas lapangan penyinaran, sudut dan arah sumber penyinaran, blokade area yang harus dilindungi, teknik penyinaran, jarak sentrasi dan sudut kolimasi


Hal-hal yang harus dimiliki sebagai syarat minimum dari pesawat simulator adalah; memiliki gantry (C-arm) dengan x-ray tube dan Image Intensifier yang terpasang berhadapan serta dapat diputar 360 derajat dari sumbunya, memiliki kolimator yang dapat diputar 360 derajat terhadap axis sentrasi, memiliki indikator penunjuk jarak Source Axis Distance (SAD), memiliki meja pemeriksaan yang rata, dapat diatur naik-turun (vertical), maju-mundur (longitudinal), digeser kiri-kanan (lateral) dan dapat diputar dari axis sejauh 360 derajat (rotation).
Prinsip dasar dari proses pencitraan dalam simulasi adalah; set-up posisi simulasi (posisi pasien), lalu dilakukan fluoroskopi terhadap pasien pada perkiraan lokasi penyinaran. Gambaran fluoroskopi diteruskan ke Image Intensifier, lalu keperangkat sirkuit elektronik dan ditampilkan dimonitor fluoroscopy (cctv). Kemudian akuisisi posisi simulasi, dan selanjutnya dilakukan eksposi radiografi yang menghasilkan foto simulator (foto terapi).

Digital Therapy Imaging pada Pesawat Simulator

Digital Therapy Imaging sesungguhnya merupakan perangkat komputer tambahan yang dapat dirangkaikan dengan perangkat pencitraan pada umumnya. Pencitraan gambar fluoroskopi akan tampil selama eksposi dilakukan. Dan bila eksposi dihentikan, gambar tersebut berikut nama dan identitas pasien menjadi tampilan gambar diam (freezed) pada title bar. Tampilan tersebut biasa disebut dengan Last Image Hold (LIH).
Gambaran freezed dapat disimpan ke dalam data base (hard disk) bersamaan dengan parameter posisi simulasi dan data pasien. Selanjutnya bila diperlukan, sistem ini dapat menampilkan kembali gambar yang telah tersimpan untuk keperluan pengaturan (manipulasi) gambar, kontras dan ketajaman sesuai dengan yang diinginkan. Aplikasi ini juga memungkinkan untuk menambahkan teks atau gambaran garis-garis bentuk blok, sehingga informasi yang ditampilkan menjadi lebih optimal.

Secara prinsip cara kerja dari digital therapy imaging sama dengan pesawat simulator konvensional umumnya, yaitu mengambil gambaran dari objek dengan proses fluoroscopy. Pada digital therapy imaging ini gambaran hasil fluoroscopy bisa disimpan dan bisa diatur kontras dan densitas gambarannya serta bisa ditambahkan keterangan-keterangan data pasien dan garis-garis bentuk blok. Hasil simulasi (foto terapi) tidak selalu dicetak di film, tetapi lebih sering dicetak pada kertas biasa. Hal ini tentunya secara ekonomis sangat menguntungkan dan juga mempercepat waktu pelaksanaan proses simulasi radioterapi.
Kelebihan Digital Therapy Imaging dibandingkan dengan pesawat simulator konvensional adalah:
  1. Dari segi dosis radiasi terhadap pasien. Dengan digital therapy imaging dapat mengurangi waktu (durasi) fluoroskopi, sehingga dapat mengurangi dosis sinar-x yang diterima pasien dalam proses simulasi.
  2. Dari segi ekonomi. Digital therapy imaging memiliki nilai efisiensi secara ekonomi, karena hampir tidak diperlukan lagi penggunaan film radiografi. Hasil pencitraan berikut data pasien dan parameter simulasi bisa dicetak pada lembarankertas melalui mesin printer.
  3. Digital therapy imaging juga menyediakan fesilitas Digital Image Communication in Medicine (DICOM). Selanjutnya hasil simulasi dapat langsung ditransfer ke unit kerja terkait melalui jaringan Local Area Network (LAN) atau melalui sistem Picture Arsips Communication System (PACS).

Komponen dari Digital Therapy Imaging (DTI)
DTI terdiri dari 2 kelompok fungsional:
  1. Sebagai komputer biasa yang berisi; processing unit; hardware computer eksternal; software computer untuk DTI.
  2. Sebagai perangkat keras akuisisi dan procesing data yang terletak di dalam komputer (Data Acquisition and Processing Hardware). C

[1] Radiografer pada Instalasi Radioterapi RS. Kanker Dharmais, Jakarta.
[2] Peneliti pada Pusat Kajian Radiografi dan Imajing (Puskaradim), Jakarta.

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, Desember 12, 2007

Prinsip Kerja Pesawat Terapi Cobalt-60

PRINSIP KERJA PESAWAT TERAPI COBALT (CO60)
Supi Atmayati Ilam[1], Arif Jauhari[2]

Sekilas
Pesawat telelerapi ini menggunakan sumber radiasi CO60 yang memancarkan sinar gamma secara terus menerus sehingga baik digunakan untuk keperluan pengobatan penyakit kanker. Sumber (head source) CO60 berada pada gantry yang dapat diatur penyudutannya dari 00 - 3600. Pesawat ini dilengkapi dengan lampu kolimator dan fiber optic yang berfungsi untuk mendapatkan titik sentral dari luas lapangan penyinaran, mengatur jarak sumber ke obyek dengan mengubah ketinggian meja.

Prosedur Pemakaian

Sebelum meng ON kan pesawat, periksa dahulu apakah bagian belakang panel konsul (console panel) sudah terhubung dengan tepat ke mainframe melalui kabel khusus. Caranya, pertama-tama ON kan power pada mainframe sehingga lampu penunjuk langsung menyala, jika tidak maka tarik tombol emergency (darurat) yang berada pada control box, kemudian ubah console Key pada posisi I. Pada posisi normal semua lampu penunjuk akan menyala. Setelah itu konsul berbunyi bip dan menunjukkan pesawat dalam kondisi slap seperli ditunjukkan oleh kedipan lampu ZERO RESET.
Lampu tombol penunjuk dan display dapat diuji coba dengan menekan kontak Front Panel Test yang terletak di sisi kanan konsul. Uji coba ini mengakibatkan semua lampu menyala dan semua display menunjukkan angka 88.88 serta system alarm berbunyi. Tekan tombol zero reset (RAZ) dan lepaskan maka T2 menghitung dalam mode up yang dipercepat ke dalam waktu 01.00. Ketika waktu tercapai panel konsul berbunyi bip dan tombol penunjuk kesalahan menyala selama fraksi waktu sedetik lamanya.
Jika penunjuk waktu tidak bekerja dan bekerja relatif cepat dan tanpa berhenti, maka panel konsul tidak dapat dioperasikan, Bila terjadi kesalahan, mallungsi atau penunjuk waktu T2 tombol kiri dan kanan mulai berkedip dan akan padam jika salah satunya ditekan.

Petunjuk Pelaksanaan Radioterapi
Pertama tekan tombol FIXED, sehingga tombol tersebut menyala dan lampu lainnya berhenti berkedip. Masukkan waktu radioterapi dalam satuan menit ke digital keyboard. Tombol A digunakan untuk membatalkan dan tombol V untuk validasi waktu radioterapi. Setelah waktu dimasukkan melalui keyboard, untuk prases lebih jauh tombol V perlu ditekan, maka indikator READY akan menyala.
Jika indikator tersebut tidak menyala, periksalah pintu ruang radioterapi ataupun sistem lain apakah sesuai dengan indikator yang menyala. Selama persiapan radioterapi, setiap waktu tombol reset dapat ditekan untuk membatalkan waktu yang telah dimasukkan ke digital keyboard dan selanjutnya sistem kembali ke awal paragraf ini.


Permulaan Radioterapi
Ubahlah power up key searah putaran jam (yaitu, pindah dari posisi I ke posisi treatment dan tetap diposisi ini selama 1 sampai 2 detik yang ditandai oleb indikator on treatment menyala kemudian lepaskan key yang akan kembali ke posisi I.
Sumber kemudian berpindah dari posisi penyimpanannya menuju ke posisi penyinaran. Posisi ini ditunjukkan oleh 3 buah lampu: source in storage, source in transfer, source out.
Jika transfer terakhir lebih dari 3 detik, panel konsul menunjukkan keadaan malfungsi dan radioterapi akan berhenti.
Selama sumber meninggalkan posisi penyimpanannya, T2 memulai perhitungan. Saat sumber mencapai posisi penyinaran T1 mulai berhitung.
Jika salah satu tombol INTERRUPTION atau TERMINATION ditekan selama sumber berpindah, maka sistem pada panel konsul akan pindah dari kondisi INTERRUPTION atau TERMINATION.


Urutan Perlakuan
Kedua penunjuk waktu melanjutkan perhitungan waktu sampai satu dari 4 kemungkinan ini terjadi:
1. Normal termination: Tl telah mencapai Preset time.
2. Operators termination: tombol termination telah ditekan.
3. Interruption: tombol interruption telah ditekan.
4. Malfunction: selarna radioterapi berlangsung bunyi bip terdengar setiap 3 detik.
Dalam kasus akhir radioterapi yang normal, sumber dikembalikan ke posisi penyimpanannya. Jika waktu total untuk transfer kembali ke posisi penyimpanan melebihi 3 detik, panel konsul menunjukkan malfungsi. Dan jika panel konsul tidak kembali ke kondisi stand by (treatment termination), maka tombol zero reset akan berkedip.
Ketika radioterapi dihentikan dengan menggunakan tombol termination sumber kembali ke dalam penyimpanan. Pengukuran transfer waktu yang sama dibuat seperti pada awal radioterapi dan panel konsul berubah ke kondisi treatment terminalion. Suara bip yang lebih lama akan dipancarkan pada saat kondisi akhir tercapai.
Ketika radioterapi dihentikan dengan menggunakan tombol INTERRUPT console berubah ke kondisi berhenti: sumber dikembalikan ke posisi penyimpanannya seperti untuk treatment termination, dan tombol penunjuk INTERRUPTION menyala. Kondisi demikian memungkinkan pintu ruang radioterapi dibuka dan gantry diputar tanpa mengakibatkan console ke sistem malfungsi.
Selanjutnya radioterapi dapat dihentikan atau diteruskan. Radioterapi dapat dihentikan dengan menggunakan tombol termination atau mungkin diteruskan dengan mengubah power up key console seperempat putaran arah jarum jam (dari posisi "V ke posisi "treatment") dan tetap dalam posisi ini selama 1-2 detik (the "on Co60" indicator lights up) sebelum melepaskan kunci yang kemudian kembali keposisi I.
Ketika panel konsul dalam kondisi malfungsi, surnber dikembalikan secara otomatis kepenyimpanannya dan alarm berbunyi. Panel konsul akan mendeteksi malfungsi selama radioterapi berlangsung, jika:

  • Pintu ruang radioterapi dibuka.
  • Jika sumber meninggalkan posisinya lebih dari 0,1 menit penyinaran.
  • Gantry masuk/menuju putaran.
  • Waktu T2 melebihi Tl yang diset.

Perubahan Perlakuan Radioterapi
Bila panel konsul dalam kondisi treatment termination tomhol zero reset berkedip, tekan tombol ini kemudian T2 menghitung dalam model dipercepat ke waktu yang sesuai pada saat terjadi kesalahan. Hal ini untuk menguji kebenaran operasi terhadap rangkaiannya. Panel konsul berbunyi bip, lampu FAULT berkedip dalam waktu pendek dan T2 kembali ke nol. Kondisi demikian memungkinkan untuk memasukkan data radioterapi baru.

Sumber Berbalik dalam Kondisi Darurat
Selama radioterapi berlangsung dimungkinkan untuk memaksa sumber kembali ke posisi penyimpanan dengan menggunakan motor. Proses demikian dapat dilakukan dengan menekan tombol EMERGENCY. Tindakan ini selalu membawa panel konsul kembali kekondisi malfungsi. Penekanan tombol EMERGENCY ketika sumber di dalam penyimpanannya tidak akan membawa efek pada pesawat. C


[1] Radiografer pada Instalasi Radioterapi RS Persahabatan, Jakarta.
[2] Peneliti pada Pusat Kajian Radiografi dan Imajing, Jakarta (joeharry2000@yahoo.com)

[+/-] Selengkapnya...

Selasa, Desember 11, 2007

Treatment Planning System

TREATMENT PLANNING SYSTEM
Arif Jauhari[1]



Pengertian dan Tujuan
Treatment Planning System atau dapat pula disebut dengan Sistim Perencanaan Radiasi merupakan suatu proses yang sistematik dalam membuat rencana strategi terapi radiasi. Meliputi sekumpulan instruksi dari prosedur radioterapi dan mengandung deskripsi fisik, serta distribusi dosis berdasar pada informasi geometrik/topografi yang ada pada pencitraan (imajing) agar terapi radiasi dapat diberikan secara tepat. TPS ini dalam tampilannya bisa 2D bisa juga 3D.
Tujuan sistem perencanaan radiasi 2D dan 3D adalah untuk menyesuaikan dosis pada volume target dan mengurangi dosis untuk jaringan normal atau organ beresiko yang ada disekitarnya. Hal ini meliputi : a). Posisi pasien terapi; b). Imobilisasi; c). Mengumpulkan data pencitraan pasien; c). Menetapkan volume target dan organ-organ beresiko berdasarkan kumpulan data bentuk-bentuk sinar yang didesain secara grafis dan orientasi sinar; d). Bentuk lapangan yang dipilih menggunakan BEV; e). Distribusi dosis 3 dimensi; f). Kalkulasi menggunakan algoritma tiga dimensi dan perbandingan informasi yang didapat dari Histogram Dosis Volume (DHV)

Komponen Treatment Planning System (TPS)
TPS terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:

  1. Hardware. Komponen hardware terdiri dari CPU, High resolution graphics, mass storage (hard disc), disks/CD-ROM, keyboard & mouse, high resolution graphics monitor, digitizer, laser/color printer, backup storage facility, network connections.
  2. Software. Komponen software terdiri dari: Input routines, Bentuk dari anatomi, beam geometry (virtual simulation), kalkulasi dosis, dosis volume histogram, digital recontruction radiographic.
  3. Image Aquisition

Faktor yang Berperan pada TPS

Ada 2 faktor yang sangat berperan pada pembuatan TPS antara lain:
1. Simulasi atau lokalisasi daerah radiasi
Pelaksanaan simulasi ini dilakukan di ruang simulator, di sini seolah-olah pasien dilakukan radiasi. Untuk itu jarak sumber sinar ke kulit dan posisi pasien harus sama, baik itu di ruang simulator maupun diruang sinar/linac.
2. CT.Planning/CT Simulator
CT.Scan/CT.Planning penting untuk perencanaan terapi dan merupakan kebutuhan utama data imajing untuk 3 Dimention Radiation Therapy Treatment Planning (3D RTTP/Perencanaan Terapi Tiga Dimensi). Perencanaan CT Scan ádalah melokalisasi tumor dengan jumlah irisan yang sangat banyak dan ketebalan 2–10 mm. Semakin tipis irisan maka jumlah irisan akan semakin banyak dengan demikian kualitas pencitraan dapat meningkat.

Volume Untuk Perencanaan Tiga dimensi
Rincian bentuk tumor dan ukuran untuk GTV, struktur organ kritis dan CTV, PTV dilakukan oleh staf perencanaan terapi dan ahli onkologi radiasi. Struktur–struktur ditandai secara manual menggunakan sebuah mouse atau bentuk lain dari digitizer. Beberapa struktur dengan batasan yang jelas misalnya kulit dapat terkontur secara otomatis. Jika menggunakan piranti lunak yang modern maka pemberian tanda (kontur) membutuhkan waktu sekitar 1–2 jam untuk sebuah seri perencanaan terapi tiga dimensi secara lengkap.

Penyusunan Bentuk Berkas Sinar
Desain susunan sinar adalah langkah berikutnya dalam proses perencanaan terapi setelah CTV ditetapkan. Untuk perencanaan tiga dimensi, sistim 3D RTTP harus memiliki kemampuan untuk menstimulasikan masing–masing fungsi gerak dari peralatan mesin termasuk panjang, lebar, lebar kolimator, sudut gantri, sudut permukaan meja dan gerak meja ke lateral, longitudinal serta naik turunnya meja penyinaran.
1. Beam’s Eye View Display, menggunakan BEV maka dipilih:
· Arah sinar.
· Bentuk dan ukuran berkas sinar yang sesuai dengan bentuk dan ukuran tumor serta perlu tidaknya pelindung/shielding.
Pemilihan tersebut berdasar pada tujuan sasaran. Misalnya PTV yang homogen dengan keakuratan 5 % dari dosis total 60 Gy dan pada saat yang sama dosis sinar pada jaringan kritis seperti ginjal tidak lebih dari 20 Gy pada 50 % volumenya, dan tidak melebihi 40 Gy untuk medula spinalis.

2. Room View Display, Room View Display melengkapi BEV secara signifikan dalam fase desain sinar dari perencanaan terapi, khususnya dalam menempatkan kedalaman isosenter sinar dan memungkinkan tampilan sinar yang dipilih untuk tehnik membentuk terapi secara lebih baik, juga untuk melihat volume isodosis tiga dimensi. Room View Display mensimulasikan setiap lokasi pandang berdasar opini atau pendapat dalam ruang terapi.

3. Digitally Recontructed Radiograph (DRR), DRR adalah radiographi yang dikontruksi secara digital untuk memproyeksikan gambar yang dihasilkan komputer dan diperoleh dengan melalui sinar – sinar divergen secara matematis melalui suatu kumpulan data CT.

Kalkulasi Dosis / Distribusi Dosis
Metode kalkulasi dosis secara tradisional didasarkan pada parameter distribusi dosis yang diukur dalam Water Phantom dalam kondisi dibawah standar tertentu. Dengan adanya beberapa faktor koreksi:
· Permukaan kontur tidak rata
· Kemiringan oblique dari jaringan
· Heterogenitas jaringan
· Modifikasi sinar seperti: blok, wedge dan kompensator.

1. Homogenitas, Distribusi dosis pada target volume disebut homogen bila perbedaan antara dosis maksimum dan minimum tidak lebih dari 12 % , bentuk kurva isodosis pada daerah sasaran menunjukan gambaran yang merata.
2. Energi Radiasi, Energi radiasi juga sangat berperan dalam proses perencanaan radiasi terutama pada distribusi dosis. Bila energi yang dipilih tepat maka hasil kurva isodosis akan homogen.
3. Sudut Penyinaran/Gantry, Sudut penyinaran adalah sudut yang dibentuk oleh sinar dari arah 00, 900, 270 0, 1800 atau diantara 00 – 900, 900 – 1800, atau 00 – 2700, atau 2700 - 1800 terhadap tubuh pasien. Pada TPS menggunakan sudut untuk arah sinar adalah sangat membantu dalam menghindari organ kritis atau mengurangi dosis pada organ kritis.
4. Penggunaan Wedge dan Bolus, Wedge terbuat dari Pb bentuknya persegi panjang dengan bagian yang tebal akan meneruskan sinar dengan intenditas yang berkurang dibanding dengan bagian lain yang lebih tipis. Kegunaan wedge untuk menghindarkan hot spot atau kelebihan dosis disuatu tempat didaerah radiasi. Pada pesawat linac yang sekarang ini sudah dilengkapi dengan wedge yang terpasang dalam gantry pesawat tersebut dengan ukuran antara 20 – 590. Bolus terbuat dari parafin, yang mempunyai daya serap radiasi sama dengan jaringan lunak tubuh manusia. Fungsi dari bolus itu sendiri adalah untuk kompensator distribusi dosis misalnya apabila diperlukan untuk menaikan dosis dikulit atau dipermukaan. Dapat mengurangi dosis di paru pada pemakaian energi tinggi elektron misalnya 9–12 Mev.

Proses Terapi Radiasi

Quality Assurance ( QA )
Quality Assurance adalah sederetan prosedur tes yang dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk menggambarkan aspek-aspek tehnik dari fungsi sistim atau subsistem.
Program QA secara umum salam radioterapi adalah penting dan bersifat mendasar. Tes ini harus dilakukan sebelum pelaksanaan klinik dan ini berhubungan dengan tes verifikasi algoritma tetapi bukan sebagai penggantinya.
Tujuannya menjamin bahwa hasil suatu perangkat lunak dapat diprediksi dengan benar, dan bahwa setiap alat perangkat keras digunakan dengan fungsi sistem yang benar dan menjamin bahwa prosedur-prosedur kualitas kontrol adalah adekuat, serta diaplikasikan pada sistem perencanaan terapi secara individual.
Akurasi, Dikatakan kalkulasi distribusi dosis pada komputer cukup akurat, jika dikalkulasi dalam koreksi 2 % atau 2 mm didalam posisi garis isodose. Akurasi ini diperlukan dalam QA yang sempurna.
Macam tes yang diperlukan,
1. Komisioning
Tes perangkat keras
a. Koreksi hasil pelaksanaan
b. Akurasi digitizer–ploter
c. Transver image CT yang dipercaya
Tes perangkat lunak
a. Kemampuan hal perubahan depth dose dan alat ukur out put dengan SSD dan area.
b. Akurasi algoritma sinar dalam bagai situasi normal di media homogen, permukaan oblique, media heterogen dan kalkulasi dalam axis.
c. Kemampuan memodifikasi sinar seperti wedge, blok asimetris jaws.
2. Cek Rutin
Harian:
a. Penggunaan set perencanaan terapi meliputi: situasi terapi, parameter sinar, penggunaan perencanaan terapi yang berbeda setiap hari/minggu
b. Cek konsistensi distribusi isodose, cek out put / input, akurasi kontur.
Mingguan:
a. Cek software dan hardware dalam proses pelaksanaan
b. Cek mesin set data
Bulanan :
a. Cek transfer data image CT ke sistem perencanaan.

Penutup
· Sistem perencanaan terapi radiasi tiga dimensi merupakan suatu proses sistematik dalam membuat rencana strategi radiasi yang memerlukan tehnik-tehnik komputer terkini dan melibatkan kerja sama berbagai disiplin ilmu terkait, serta memerlukan ketelitian yang tinggi untuk hasil yang maksimal.
· Adanya gambaran dosis pada histogram sebagai alat evaluasi atas keberhasilan perencanaan tersebut.
· Pada tumor yang disekitarnya terdapat organ sensitif resiko dapat diminimalis.

[1] Peneliti pada Pusat Kajian Radiografi dan Imajing, Puskaradim, Jakarta.

[+/-] Selengkapnya...