Oleh: Linda Evans, Arif Jauhari
Abstract
Dental examination, especially the upper incisors is done by holding and forcing the outer dental film surface. This condition feel annoy and uncomfortable for patient even radiographer who assist the film position in the mouth or moreover if he also expose that procedure. We made a new position and condition for solving that problem. By biting the upper end side of the dental film (peak point side) by patient themselves, we found that the result (radiographic dental image) is suitable for diagnosing of the incisors. We asked the dentists to evaluate and analyses the film criteria (between the old compared with the new method). The result, the new method is able to visualize the criteria of the insisivus and suitable for insisivus examination.
Keywords: upper incisors, dental examination, holding and forcing, peak point.
1. Pendahuluan
Radiologi merupakan salah satu unit penunjang medis yang berfungsi sebagai alat penegak diagnosis berbagai jenis penyakit, termasuk gigi geligi yang dapat ditinjau melalui pemeriksaan radiografi dental. Pada pemeriksaan radiografi gigi geligi peran pasien sangat berpengaruh terhadap hasil gambaran yang akan didapat, karena pasien diminta untuk memegang film dental dan menekannya sehingga posisi film dental menempel pada gigi dan gusi yang akan diperiksa. Dengan teknik pemeriksaan seperti ini akan terjadi kemungkinan untuk bergesernya posisi film dental dan mengakibatkan hasil gambaran yang tidak dapat dipakai sebagai alat penunjang diagnosis, sehingga terjadilah pengulangan. Selain itu juga ada beberapa kendala yang dapat menambah resiko pengulangan, seperti pada pasien yang hipersensitif, radang pada gusi (ginggivitis) atau pada pasien yang bentuk anatomi giginya abnormal. Oleh sebab itu radiografer dituntut untuk menambah bersikap inovatif dalam memilih teknik yang dapat memudahkan pemeriksaan dan pasienpun menjadi nyaman saat dilakukannya pemeriksaan.
Pada umumnya pemeriksaan dental, khususnya insisivus atas dilakukan dengan teknik pasien memegang dan menekan salah satu sisi film dental disekitar gigi dan gusi insisivus yang akan diperiksa dengan bantuan ibu jari pasien. Penulis melakukan inovasi dengan cara meletakkan film dental diselipkan diantara insisivus atas dan bawah atau dengan kata lain film digigit, sehingga pasien tidak perlu untuk memegang dan menekan film dental dengan ibu jarinya.
2. Metode
Untuk mendapatkan hasil penelitian ini diperlukan dengan beberapa kriteia, yaitu:
a. Alat dan Bahan
- Film dental ukuran 3 x 4 cm.
- Larutan develover dan fixer dalam wadah yang berukuran kecil
- Pesawat radiografi gigi.
b. Cara Kerja
Pelaksanaan yang pertama dengan teknik pasien menekan film dental pada daerah gigi dan gusi yang akan diperiksa, dan yang kedua dengan cara menyelipkan fim dental diantara gigi insisivus atas dan bawah atau film digigit.
Pertama, pasien diposisikan duduk di kursi pemeriksaan dengan kepala menghadap tabung sinar-x, kepala pasien diatur sedikit fleksi sehingga garis khayal yang ditarik dari achantion ke MAE sejajar dengan lantai, film dental dimasukan ke dalam mulut pasien dengan sisi non timbal menghadap tube. Setelah itu dilakukan cara yaitu peletakan film diselipkan diantara gigi insisivus atas dan bawah atau film digigit pasien dan kemudian cara kedua yaitu peletakkan film dental menempel pada daerah gigi dan gusi dengan bantuan ibu jari pasien. Center ray (pusat sinar) diarahkan vertical angulasi, center point (titik sinar) nya sama yaitu 600 caudali pada tip of nose, dengan faktor eksposi 50 kV ; 7,7 mA ; 1 secon. Setelah selesai pemeriksaan, kedua film dibawa ke kamar gelap untuk diproses.
c. Penilaian
Dilakukan survey gambar hasil kepada dua puluh dokter gigi terhadap delapan foto hasil gambaran dari dua teknik peletakkan film yang berbeda. Parameter numerik penilaian yaitu apabila kriterianya mencakup baik mendapat nilai 75, cukup akan dinilai 50 dan apabila kurang mendapat 25. sebagai evaluasi kriteria penilaian adalah kriteria evaluasi radiografi gigi yaitu corona, corpus, radiks dan pulpa dentis pada dental insisivus atas.
3. Pembahasan
Dari hasil kuisioner pada 20 orang dokter gigi terhadap masing-masing 8 buah hasil foto dental. Pada film digigit menghasilkan nilai 68,44% dan pada film ditempel menghasilkan nilai 69,70%. Sehingga evalusi pada aspek daerah corona didapatkan hasil sedikit lebih bagus dengan cara film ditempel.
Pada evaluasi daerah corpus, pada film digigit menghasilkan nilai 65,31% dan pada film ditempel menghasilkan nilai 61,89%, sehingga hasil corpus yang didapatkan lebih bagus dengan cara film digigit.
Tentang daerah evaluasi radix didapatkan kesimpulan, pada film digigit menghasilkan nilai 66,25% dan pada film ditempel menghasilkan nilai 65,31%, sehingga hasil radix yang didapatkan sedikit lebih bagus dengan cara film digigit.
Kriteria evaluasi akhir dari gigi yaitu daerah pulpa dentis didapatkan pada film digigit menghasilkan nilai 63,75% dan pada film ditempel menghasilkan nilai 65,63%, sehingga untuk kriteria ini hasil pulpa yang didapatkan lebih bagus dengan cara film ditempel.
Dengan demikian berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa hasil foto yang digigit menunjukkan nilai persentasi yang relatif sama dengan hasil foto yang ditempel. Hal ini menunjukkan bahwa hasil foto yang digigit (metode baru) menghasilkan tingkat diagnosis yang relatif sama dengan yang ditempel (metode sekarang). Dengan mengingat dari segi kenyamanan pasien, pasien lebih merasa nyaman dengan menggunakan teknik film digigit dibandingkan dengan menggunakan film ditempel.
Oleh sebab itu teknik peletakkan film dental dengan cara film digigit dapat juga dijadikan sebagai teknik alternatif oleh petugas radiologi didalam melakukan pemeriksaan dental insisivus atas khususnya untuk menghadapi paien yang hipersensitif dan kurang kooperatif.
4. Penutup
Terdapat beberapa kesimpulan dari metode baru yang telah dilakukan bila dibandingkan dengan metode sekarang untuk pemeriksaan insisivus atas, yaitu: Hasil gambaran dengan metode baru dapat dipakai sebagai alternatif penatalaksanaan pasien dalam pemeriksaan gigi insisivus atas.
Pada pemeriksaan dengan metode baru, pasien merasa lebih nyaman dengan menggunakan teknik peletakkan film dental dengan cara digigit antara gigi insisivus atas dan insisivus bawah dibandingkan dengan cara lama dengan pasien harus menekan film dental dengan ibu jarinya.
Dengan melihat hasil keseluruhan dari penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan agar teknik peletakkan film dental dengan cara film digigit diantara gigi insisivus atas dan insisivus bawah ini dapat dijadikan teknik alternatif untuk melakukan pemeriksaan dental insisivus atas. Apalagi bila dilihat dari segi kemudahan dan kenyamanan pasien, khususnya bagi pasien yang kurang kooperatif. Dengan demikian diharapkan pemeriksaan tidak sering diulang dan tanpa harus mengurang kualitas hasil gambaran.
DAFTAR PUSTAKA
- Clark, K.C., (1974), Positioning Radiography. Volume 2. Churchill Livingstone, London.
- Fong, E., et al., (1980), Body Structures and Functions. 6th ed. Delmar Publishing Inc., Boston.
- Hoxter, E.A., (1978), Teknik Pemotretan Rontgen. Hlm 129, EGC, Jakarta.
- Kahe, W., dkk, (1999), Atlas Berwarna dan Teks Anatomi Manusia Alat- Alat Dalam. Jilid 2. edisi 6 yang direvisi. Hipocrates. Jakarta.
- Dean, M.R.E., (1975), Basic Anatomy and Physiology for Radiographers, 2nd edition, Blackwell Scentific Publ., Oxford.
- Merriel, V., (2002), Atlas of Rontgenography Posisition and Standard Radiologic Prosedures. Volume 2. 4th Edition. Mosby Co., Philadelphia.
- Itjninngsih W.H., (1989), Anatomi Gigi. EGC, Jakarta.
- White, S.C., (2000), Oral Radiology Principle and Interpretation. 5th Edition. Mosby Co., Philadelphia. ©
13 komentar:
apakah faktor eksposi pada pemeriksaan dental dengan posisi film di gigit dengan film ditempelkan itu sama atau tidak????
alasan apa sehingga di lakukan pemotreten dental?????
apakah hanya ada 2 metode yang dipakai dalam pemotretan dental film
Bagaimana proyeksi yang diakukan untuk mendapatkan dental pada anak-anak yang sulit untuk diberi pengarahan...??
ada apa dengaan UAS???
mengapa hidup ini indah???
pk rif orng yang sangt bijak, tampn, rupwan, dan bik hti serta tidak sombong....
saya cuma mnusia biasa yang hanya punya cinta.....
pak Arif...!
biasanya penyakit/kelainan apa yang bisa kita temukan dalam pemotretan dental pada pasien???
trus...apa penyakit itu bisa kita liat dalam gambaran rontgen???
makasih yaaa pak!!!
assalamu'alaikum...
pak Arief..
untuk pemotretan gigi tehnik apa yang lebih baik digunakan ( ditempel atau digigit)untuk menghasilkan gambaran yg optimal dlm pendiagnosaan?
mhn penjelasan tehnik yang dipergunakan untuk pemotretan pd anak2? FE dll........
wassalam
ass p arif..
saya mau bertanya, dosis yang diterima pasien lebih besar yang mana antara teknik di gigit / di tempel?
pak saya mau tanya.
bagaimana pada pemotretan gigi fraktur yang mengalami pembengkakan?
assalamualaikum.wr.wb..
pak, saya mau bertanya. Apakah ada metode pemeriksaan selain dua metode tersebut,,??dan metode apa yang sebaiknya digunakan bila bentuk anatomi gigi pasien abnormal,,?
ass,,,,
adakah dampak yang terjadi pada gigi bila dilakukan pemotretan gigi??
Posting Komentar