EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SCREEN PADA RADIOGRAFI
A.
Tujuan Percobaan
Untuk membandingkan hasil citra radiografi dengan menggunakan kaset yang
dilengkapi IS (Intensifying Screen) dan kaset tanpa IS (Non-Intensifying
Screen).
B.
Persiapan Alat
1.
Kaset
“Agfa” ukuran 18 x 24 cm (dilengkapi IS).
2.
Kaset
“Kodak” ukuran 18 x 24 cm (Non IS).
3.
Film
“Agfa” ukuran 18 x 24 cm.
4.
Marker
R.
5.
Labelling.
6.
Hanger.
7.
Stopwatch.
8.
Phantom
Manus.
9.
Pesawat
Allengers 60 mA
10. Processing
Manual (Developer, Fixer dan Air).
C.
Cara Kerja
1. Siapkan 1 buah kaset ukuran 18 x 24 cm yang dilengkapi
dengan IS (Intensifying Screen) dan 1 buah kaset ukuran 18 x 24 cm yang tanpa
IS (Non-Intensifying Screen).
2. Siapkan film ukuran 18 x 24 cm sebanyak 2 lembar.
3. Proses pengisian setiap film ke dalam kaset (1 film untuk
1 kaset) dilakukan di dalam kamar gelap.
4.
Pesawat
rontgen “Allengers” dihidupkan.
5. Siapkan phantom manus (dextra) dan letakkan diatas meja
pemeriksaan.
D.
Teknik Pemeriksaan Wrist Joint
1.
Pada kaset yang dilengkapi dengan IS (Intensifying Screen)
a.
Persiapkan
kaset yang dilengkapi dengan IS (Intensifying Screen) diatas meja pemeriksaan.
b.
Atur tabung rontgen diatas meja pemeriksaan dan atur berkas
sinar pada pertengahan meja pemeriksaan.
c.
Posisi
Phantom: Letakan phantom manus diatas kaset, di bawah
tabung rontgen.
d.
Posisi
Objek: Atur
wrist joint pada posisi PA di pertengahan kaset.
e. Letakan
marker R pada wrist joint
yang di foto.
f. Atur
faktor eksposi dan penyinaran:
KV:
45;
mAs: 4,8; FFD: 90 cm;
CR: Vertical, tegak lurus film.
CP: Tepat di
pertengahan wrist joint.
g.
Dilakukan
eksposi, setelah itu kaset dibawa ke kamar gelap untuk dilakukan proses
pencucian film (secara manual).
h.
Waktu
yang ditentukan selama proses pencucian film (secara manual):
Developping Time: 43 detik.
Fixing Time: 1 menit 20 detik.
1. Pada
kaset tanpa IS (Non-Intensifying
Screen)
a. Persiapkan kaset tanpa IS (Non-Intensifying
Screen) diatas meja
pemeriksaan.
b. Atur
tabung rontgen diatas meja
pemeriksaan dan atur berkas sinar pada pertengahan
meja pemeriksaan.
c. Posisi Phantom: Letakan
phantom manus diatas kaset, dibawah tabung rontgen.
d. Posisi Objek: Atur wrist
joint pada posisi PA di pertengahan kaset.
e. Letakan
marker R pada wrist joint
yang di foto.
f.
Atur
faktor eksposi dan penyinaran :
KV:
45;
mAs: 4,8; FFD: 90 cm; CR: Vertical, tegak lurus film;
CP: Tepat di
pertengahan wrist joint.
g.
Dilakukan
eksposi, setelah itu kaset dibawa ke kamar gelap untuk dilakukan proses
pencucian film (secara manual).
h.
Waktu
yang ditentukan selama proses pencucian film (secara manual):
Developping Time: 2 menit 4 detik. Fixing Time: 1 menit 20 detik.
E.
Hasil
1.
Pada kaset yang dilengkapi dengan IS
a.
Tampak
hasil gambaran radiografi wrist joint proyeksi PA pada pertengahan film.
b.
Tampak
marker R tervisualisasi di samping objek.
c.
Luas
lapangan kolimasi cukup.
d.
Densitas
dan kontras tampak cukup.
e.
Tampak
radiasi hambur.
2.
Pada Kaset tanpa IS (Non IS)
a.
Tidak
tampak hasil gambaran radiografi.
b.
Tidak
tampak kontras dan densitas
c.
Tampak
Labelling.
F.
Pembahasan
Intensifying screen (IS) merupakan
lembaran tipis yang mengandung unsur fluorosen seperti kalsium tungstat atau
barium sulfat dan berfungsi untuk mengubah radiasi sinar-x dengan gelombang
yang pendek menjadi radiasi gelombang panjang (cahaya tampak) yang akan mudah
diserap oleh emulsi film untuk membentuk bayangan latent. Ketika memasang film
pada kaset, film diletakkan di antara kedua IS yang terdapat di dalam kaset
tersebut. Sinar-x yang sampai ke kaset akan di ubah oleh IS menjadi cahaya
tampak. Cahaya tampak akan memendar dan menghasilkan bayangan latent pada film.
IS sangat penting dalam pencintraan
radiografi karena efek fluorosen yang dihasilkan mampu membuat bayangan laten
pada film. Kontras dan densitas pada film dengan IS akan lebih tinggi dibanding
film tanpa IS karena emulsi film tidak terlalu baik saat menangkap sinar-x
secara langsung dibanding sinar-x yang telah diubah oleh IS menjadi cahaya
tampak.
Ketika digunakan kaset tanpa IS, sinar-x yang sampai di kaset akan langsung mengenai film. Sensitifitas IS terhadap sinar-x tidak lebih baik dengan sensitifitas IS saat terkena cahaya tampak sehingga saat film langsung terkena sinar-x, bayangan latent yang dihasilkan tidak terlalu bagus. Titik – titik tersebut terletak seperti di bawah ini:
Gambar 1. Daerah titik ukur
dari percobaan
Perbedaan densitas antara film dengan IS
dan film tanpa IS dapat dibandingkan dengan penghitungan menggunakan
densitometri. Bila dilihat dalam bentuk grafik maka hasilnya sebagai berikut:
Gambar 2. Grafik perbandingan
densitas DDIS dan DTIS
DDIS: Densitas Dengan Intensifying Screen. DTIS:
Densitas Tanpa Intensifying Screen. Data yang dihasilkan dari titik di atas
adalah seperti tabel di atas:
|
Titik
1
|
Titik
2
|
Titik
3
|
Titik
4
|
Titik
5
|
Titik
6
|
Titik
7
|
Titik
8
|
Titik
9
|
Titik
10
|
Rata-rata
|
DDIS
|
0,46
|
0,67
|
0,90
|
0,71
|
1,57
|
1,10
|
0,96
|
1,47
|
1,14
|
2,29
|
1,127
|
DTIS
|
0,45
|
0,48
|
0,56
|
0,52
|
0,55
|
0,57
|
0,56
|
0,55
|
0,56
|
0,54
|
0,534
|
KETERANGAN
Kami melakukan data
penghitungan dengam menggunakan densitometri, pada film dengan IS dan film tanpa
IS. Data yang diambil diarahkan pada 10 titik yang berbeda pada satu film namun
sama untuk kedua film. Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa DDIS (Densitas film
Dengan IS) lebih
tinggi dibanding DTIS
(Densitas film Tanpa IS).
G.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami
lakukan, kami menyimpulkan bahwa pemeriksaan radiografi dengan menggunakan
kaset yang dilengkapi IS lebih efektif daripada menggunakan kaset tanpa IS. Hal ini dapat dilihat dari
lebih tinggi-nya
nilai densitas dari film yang
menggunakan kaset dengan IS
dibanding nilai densitas
film yang lebih rendah ketika menggunakan kaset tanpa IS.
Referensi
1.
Bontrager
L. K., Lampignano P.J., 2005, Radiographic Positioning and
Related Anatomy, ed 6.
St. Louis, CV. Mosby.
2.
Carlton, R.R.,1992, Principle
of Radiographic Imaging, New York, Delmar
Publisher Inc. © 2014